Thursday, February 09, 2012

Sisa Obrolan Semalam

pasti ada cara untuk mencari uang
pasti ada cara untuk bersenangsenang
badai pasti datang kita tak akan menang
mengapa harus bimbang | nyanyikan lagu perang - koil


Semalam, saya terlibat obrolan yang cukup seru dengan beberapa teman yang merupakan pelaku di skena musik indie lokal. Mereka pemain band dan manajernya, saya, tukang dagang merchandise. Kebetulan teman-teman band yang ngobrol semalam itu juga yang merchandisenya didistribusikan di tempat saya bekerja. 

Namanya ngobrol dengan pemain band, obrolannya berkisar seputar gogon alias gosip underground lalu setelah beres urusan gogon, beranjak ke topik yang lebih serius, soal bagaimana caranya menggarap album dan juga bagaimana caranya menghidupi kas band yang terkadang minim justru di saat band tersebut sedang butuh-butuhnya uang untuk produksi album karena kas yang ada sudah habis untuk rekaman. 
 
Salah satu cara mencari uang yang paling cepat dan paling umum itu produksi merchandise. 

bagi yang sudah terbiasa dengan skena band-band-an sudah pasti tahu, yang dimaksud merchandise disini biasanya berupa tshirt, tas, topi yang berhiaskan logo atau artwork band. Bagi yang belum tahu, silakan googling dengan kata kunci merchandise band lokal maka akan ditemukan banyak link dari toko-toko yang menjual merchandise-merchandise tersebut.
Bagi band yang punya modal biasanya produksi sendiri. Bikin desain, cari produsen, pesan dan jadi. Pemasarannya bisa dari tangan ke tangan, via social media atau melalui toko  alias distribution outlet biasa juga disingkat distro. Eh, distro disini bukan seperti yang sekarang. Dulu distro tumbuh karena kebutuhan untuk memasarkan merchandise band. Sekarang saja berubah bentuk jadi tempat jualan merk sendiri. Eh tapi itu soal lain, mari kembali ke soal cara band mencari uang. 

Nah bagi yang tidak punya modal, bisa saja mengajak kerjasama pihak lain untuk membeli lisensi merchandisenya lalu si band mendapat bagi hasil alias royalti dari penjualan merchandise itu. Royaltinya bisa dibayar didepan atau setelah barang laku tergantung perjanjian. Besaran royaltinya juga tergantung perjanjian. Paling umum itu sekitar 10% dari dari harga jual merchandise. 

Sepertinya mudah dan cepat. 

Tapi ...

hal ini mudah dan cepat bagi band yang sudah punya nama dan punya fans loyal yang bersedia menyisihkan uangnya untuk membeli merchandise dari band kesayangannya. Buat band-band yang baru awal memulai tentu saja butuh usaha yang lebih keras dari sekedar mencari modal produksi. Membuat materi musik yang bagus dan berusaha untuk didengar banyak orang sebaiknya didahulukan daripada membuat merchandise. Urusan marketing band ini juga ada ceritanya sendiri, sekarang mari kembali lagi ke soal cara band mencari uang. 

Buat band yang sudah punya nama juga ternyata ada masalah ..

punya materi musik bagus, artwork bisa dijual, mampu memproduksi merchandise itu bagus. Masalah muncul ketika kita bicara soal menjual lisensi merchandise. Ada keengganan untuk menjual lisensi merchandise karena konon katanya menurut pengalaman dan gogon yang bertebaran, seringkali pihak band dirugikan karena ketidak jujuran dalam jumlah produksi merchandise. 

Janji produksi seratus, produksinya ternyata seratus lima puluh. Janji produksi yang 3 desain yang diproduksi 5. Janji bayar royalti, royalti tak mampir-mampir. Janji laporan kalau produksinya diulang, laporan tidak, produk selalu terpajang manis sementara kalau ditanya barangnya sudah lama habis.

sebagai tukang dagang merchandise tentu saja kening saya langsung berkerut ...

Masalahnya, saya ada ditengah-tengah. Demi kelangsungan perdagangan dan rejeki, tentu saja untuk saya sebagai pedagang, band harus hidup, produsen atau label yang memproduksi juga harus hidup. Tidak masalah untuk label-label yang masih ada di lingkungan band itu sendiri karena kontrolnya mudah dan meskipun ada keterbatasan modal tapi biasanya mereka bisa survive.

Masalah lebih besar justru ketika yang melakukan kecurangan yang dimaksud itu label-label atau produsen yang ada di luar lingkungan band yang begitu kecurangannya terendus, lisensinya langsung di stop.

Kenapa ?

Obrolan semalam soal cara mengisi kas band yang sedang minim ini jadi berhenti begitu pertanyaannya itu. Sampai obrolan usai, tidak ada satupun alasan yang masuk akal dari saya maupun teman-teman soal mengapa hal semacam ini bisa terjadi.

Untuk hitungan produksi, harus dibahas tersendiri juga, tapi sederhananya keuntungan yang didapat tentu akan lebih panjang umurnya ketika satu sama lain memperhatikan hak dan kewajiban masing-masing. Artinya kerjasama yang baik antara pihak band dengan pihak yang produksi disini tentunya. Komunikasi. Laporan yang transparan. Berbagi cerita dan kondisi.

Kecuali memang yang dicari adalah keuntungan sesaat lalu memanfaatkan situasi karena tak ada perjanjian hitam diatas putih. 

Tapi kan (harapannya) umur band tidak hanya satu dua tahun saja ...

ah. sampai jumpa di obrolan sisa semalam yang lainnya.

No comments: