You could've done anything, if you'd wanted
And all your friends and family think that you're lucky,
But the side of you they'll never see
Is when you're left alone with the memories
That hold your life together, together like glue.
You pull back the curtains, and the sun burns into your eyes,
You watch a plane flying, across a clear blue sky.
This is the day your life will surely change.
This is the day when things fall into place.
This is the day your life will surely change.
This is the day when things fall into place.
This is the day,
This is the day. MSP. (cover The The)
Lahir. Hidup. Mati.
Pagi tadi begitu membuka mata, ada 4 broadcast message yang masuk dengan isi berita yang sama, Bayi Raline meninggal dunia.
Inalillahi. Bayi Raline itu anak seorang teman saya. Pertama kali saya bertemu dengan namanya di laman facebook salah seorang teman lain. Beritanya meminta sumbangan untuk bantuan pengobatan Raline yang mengalami masalah dengan pencernaan dan semenjak lahir belum pernah keluar RS. Saya share beritanya lalu lupa entah berapa hari sesudahnya saya juga ikut donasi. Kemudian beberapa lama sesudah itu, yang terdengar kabar Kalau dia masih belum sembuh juga. Sampai beberapa hari kemarin, tanggal 6 juni ada acara benefit gigs yang diadakan oleh S.I.B dan teman-teman.
Saya datang ke acara itu, ikut duduk di dekat meja lelang dan meja penjualan merchandise untuk donasi. Sambil duduk, ngobrol dengan banyak teman saya menimbang-nimbang bersama #3 benda mana yang kita mampu beli tapi juga memungkinkan untuk dilelang kembali jika satu saat ada lagi acara donasi.
Pilihan kami jatuh pada poster Homicide. Menunggu sampai akhir acara untuk memastikan harga lelang, ditambah nominalnya sedikit, pulanglah kami membawa poster itu. Diperjalanan pulang, setelah makan dan mengantar mbak tia yang nebeng mobil kita, akhirnya malah tercetus ide untuk esok hari langsung melepas poster itu, dengan pikiran kalau bisa laku artinya kita bisa ngasih untuk bantu lagi.
Sore keesokan harinya, saya mengupload foto poster itu dengan catatan, kita bersedia melepas poster itu dengan harga diatas harga lelang. Satu jam kemudian, seorang teman menghubungi. Tanya ini itu. Saya cerita soal kondisi Raline, tujuan jual poster dan link berita. Kami sepakat dengan foto yang ada di laman berita, semangat hidup si bayi tampak terlihat di sorot matanya.
Tiba-tiba teman saya bilang kalau dia mau poster itu. Harga yang dia beri jelas diatas harga lelang, tapi tidak mau sebut jumlah, juga tidak mau namanya disebutkan. Saya sepakat.
Setengah jam kemudian, ada teman saya yang lain sms. Dia berminat dengan harga sedikit diatas harga yang saya sebutkan. Saya tolak dan bilang kalau sudah ada yang mau membeli poster itu. Berbagi berita pada teman-teman yang semalam tahu saya yang beli. Senang. Mengecek saldo pada malam harinya, cek saldo. Jumlahnya 3 kali lipat dari harga awal.
Senang. Diluar perkiraan. Sms Ucok Homicide si empunya poster. Dia terkejut sekaligus senang. Sepakat untuk menandatangani karena teman saya memintanya. Jumat sore, saya transfer seluruh uang penjualan. Sms memberitahu pada yang bertanggung jawab untuk mengurus hasil donasi. Masih tersenyum karena rencana kita berhasil.
Senang, sampai tadi pagi.
Kehadiran Raline dalam hidup saya, sangat sebentar. Saya tak berjumpa dengannya sama sekali. Hanya lewat facebook. Kebetulan saya dengan orang tuanya juga bukan dari satu lingkaran yang sama, jadi bertemunya juga bisa dibilang hampir tidak pernah kecuali bertemu di salah satu gigs musik di Bandung. Tadi juga saya tidak berani datang ke rumah duka.
Hanya bisa memanjatkan doa. Menangis. Memberitahu teman saya yang membeli poster.
Hey bayi, kamu sudah menyentuh begitu banyak hati orang. Kamu dalam keadaan sakitmu, memberi kegembiraan untuk semua orang yang bersedia membantu. Kamu, membuat saya senang karena saya juga bisa membantumu. Kamu yang saya cuma tahu keadaanmu dari berita dan cerita teman. Kamu, terima kasih.
Saya tidak bisa membayangkan ada di posisi orang tua Raline saat ini. Dari ketika tahu lahir dalam keadaan tidak sempurna, bermalam-malam ada di rumah sakit, satu-satunya amunisi adalah harapan untuk membawa Raline pulang dan semangat dari semua teman dan keluarga.
Tidak akan ada yang pernah rela dengan kehilangan. Apalagi kematian. Kenangan akan selalu ada di hati, kepala, pikiran, tempat-tempat yang pernah dikunjungi, peristiwa bersama, semua memori yang hanya bisa disimpan dalam hati dan hanya bisa diceritakan tanpa bisa terulang lagi.
Mungkin Raline tidak tumbuh besar di dunia karena Tuhan sudah memanggilnya, tapi saya berharap satu saat berjumpa dengannya di lain masa, mencium pipinya berterima kasih karena kemarin dia membuat saya merasa berguna. Membuat apa yang saya lakukan sehari-hari dirasa bisa sedikit membantu.
***
*saya tidak bisa melanjutkan lagi tulisan ini karena makin lama akan terdengar makin cengeng dan klise dan saya tidak mau itu. Saya tidak tahu berada di posisi mana saat ini. Marah karena Tuhan seakan mengabaikan rencana yang sudah disusun. Sedih karena merasa kehilangan tapi sekaligus juga telah merelakan karena telah berusaha.
Saya, tidak tahu. Hanya bisa berdoa.
No comments:
Post a Comment