Tuesday, February 12, 2008

: catatan kecil 9 februari :

Maybe
Collective Soul
The sky now divides
To bring you back into the fold
Welcome home
Still my need to recognize
Any comfort you may show
Only grows
Guess I'll learn to accommodate
While my heart just sits and waits
Maybe God you found
Maybe is all that you can offer now

Where am I to take refuge
When the storms of pain release
Shelter me
This blessedness of life
Sometimes brings me to my knees
I call on thee
I have not the words to write
A Farewell to you tonight
Maybe God you found
Maybe is all that you can offer now

I know hearts are weeping
While your voice is now singing
On high, angel on high

semua sudah terjadi. tak ada sesuatupun yang bisa membawa kembali nyawa yang hilang, yang kemudian tersisa hanya penyesalan, hanya pertanyaan, bisakah yang ditinggalkan belajar dari kesalahan ?
dari berbagai tulisan, opini, pendapat, berita, yang ada cuma saling menyalahkan. aparat yang salah, panitia yang salah, penonton yang salah. sebagian besar juga cuma bisa mengutuk dan marah-marah tanpa sebetulnya tau apa yang terjadi karena memang tidak berada di tempat saat kejadian. sebagian media nasional juga berubah-ubah beritanya tanpa mau melihat kenyataan yang sebenarnya. tanpa mau melihat hal yang paling mendasar, bahwa pada kenyataannya, semua hal kemudian harus dibuat salurannya, harus dididik tanpa prasangka, harus diajar dengan kadar kelembutan dan kadang ketegasan yang lebih.
siapa orang tua yang tidak panik melihat anaknya berbaju hitam-hitam, kerjaan nangkring bareng teman-temannya, kadang ditemani berbotol-botol bir atau minuman keras, juga musik yang keras menghentak ? siapa anak yang mau dilarang bergaul dengan teman-temannya sendiri ? siapa anak yang mau diatur harus begini harus begitu ? siapa yang mau ?
ngga' ada. maka kemudian dari dulu, selalu terjadi hal seperti ini. keributan antar generasi, hubungan yang terus menerus terbangun diatas prasangka. padahal semuanya sederhana. yang satu menginginkan kebebasan, yang satu mengharapkan masa depan yang cerah dengan cara yang menurutnya lebih baik.
10 orang hilang nyawanya. kebetulan saja, diantara 10 itu bukan teman gw sendiri, juga bukan kerabat atau salah satu saudara. gw mengenal namanya dari koran, berita televisi, cerita teman. coba bayangkan kalau yang meninggal itu sodara, teman yang dekat atau mungkin anak kita sendiri ? mungkin gw ada di jajaran yang menangis paling keras dan memutuskan seumur hidup ngga' akan pernah datang lagi ke konser musik underground, kapanpun, dimanapun.
kenyataan bahwa bandung sebagai kota yang penuh dengan anak muda yang butuh tempat, butuh banyak saluran untuk menyalurkan kreatifitas, itu benar, nyata. dulu sempat ada, saparua namanya. tapi kemudian sejarahnya kenapa saparua ditutup dan tidak diperbolehkan dipakai, gw ngga' tau kenapa. gw baru baca tadi pagi disalah satu koran lokal bandung bahwa pengelola saparua sebetulnya menyerah pada kenyataan bahwa gedung yang dikelola ketika masih banyak dipakai untuk konser musik underground, lebih banyak menuai kerusakan secara fisik daripada keuntungan yang didapat, bahwa aparat dan kepolisian juga sudah lelah menjaga energi yang lebih dari anak-anak muda ini. siapa juga yang mau gedung yang dikelolanya kemudian dipenuhi sampah botol-botol bekas minuman keras ? siapa juga yang mau kaca-kaca gedung yang dikelola selalu pecah dan pintu selalu jebol ? siapa juga yang mau kalo ada bekas lintingan ganja bertebaran di dalam gedungnya ?
kalau misalnya tiba-tiba ada seseorang yang memberikan gedung beserta tanah kosong untuk semua ini, bisa ngga' kita ngejaga itu semua ? bisa ngga', kita menjamin bahwa peristiwa 9 februari ini kemudian tidak akan terjadi kembali ? salling menyalahkan, saling tuding, saling tarik menarik kepentingan, semua paling bisa bicara. tapi ngga' ada diantara kita yang betul-betul maju kedepan dan berteriak paling keras tentang tanggung jawab, tentang minimnya pengetahuan tentang keamanan konser, tentang prosedur keamanan jika terjadi chaos. semua sibuk ketika sudah terjadi sesuatu, ketika nyawa sudah hilang, ketika nama sudah tercoreng.
ngga' ada yang mau ini semua terjadi, tidak ada seorangpun, ngga' ada yang mau menjemput maut ketika nonton konser juga dipenjara karena jadi panitia. tapi mungkin, ini memang terjadi untuk kita semua. untuk kembali ke awal, kembali bahkan jauh sebelum tahun 90-an. untuk kembali bergerilya memperoleh kepercayaan, bergerilya untuk kembali membangun semua hal yang telah diraih sebelum tanggal 9 februari. tinggal caranya kemudian, terpulang pada cara apa yang kita percaya.

--- rumah, 12 februari 2008 --

berduka untuk semuanya.

No comments: